Arbainiyah: Imam Husain as. Tidak lagi Sendirian
Arbainiyah:
Imam Husain as. Tidak lagi Sendirian
Husein Alkaff
Decak kagum saya tidak pernah habis menyaksikan jutaan manusia berjalan kaki puluhan kilo meter bagaikan gelombang air yang tak pernah berhenti berjalan kaki menuju pusara seorang maestro Rabbani Penghulu Pemuda Ahli Surga, Imam Husain as.
Mereka tak kenal panasnya sengatan matahari yang mengeringkan tenggorokan dan hangatnya udara malam yang ditinggalkan matahari. Laki-laki- wanita, tua-muda, dewasa-anak kecil, orang sehat- orang sakit, semuanya bergerak menuju satu tujuan, Imam Husain as.
Tidak ada yang menggerakkan gelombang para peziarah Arbainiyah ini kecuali cinta kepada Al Husain as. Cinta pada Al Husain as. telah membakar hati mereka sehingga badan mereka bergerak meski jalan terpincang-pincang, rasa kantuk yang kuat, mata perih karena tangisan, kaki melepuh dan pegal-pegal. Semua tidak berarti bagi mereka demi menyambut panggilan Al Husain as.
Realita ini sulit untuk ditalar dan dipahami oleh orang yang terbiasa memahami sesuatu berdasarkan logika atau mengamalkan agama secara literal.
Dalam keyakinan golongan Syiah setelah Rasulullah saw. wafat terdapat dua belas manusia suci; Imam Ali bin Abi Thalib as hingga Imam Muhammad al Mahdi as. Mereka diyakini mempunyai kedudukan istimewa dan mulia yang sama, yang satu tidak lebih mulia dari yang lain.
Meski demikian, Imam Al Husain as. mempunyai kekhasan tersendiri di mata mereka tanpa melebihkan beliau dari Imam Ahlulbait lainnya.
Kekhasan itu tidak lain karena bentuk kesyahidan beliau yang amat tragis dan memilukan di Padang Karbala.
Dalam tragedi Karbala, Al Husain as. dibunuh secara kejam dan sadis dalam kehausan dan seorang diri dan sebelumnya puluhan keluarga dan sahabatnya dibunuh pasukan Umar bin Sa’ad sehingga tinggal seorang diri menghadapi pasukan itu.
Tragedi Karbala dari masa ke masa terus diperingati para pecintanya lebih dari peringatan kesyahidan Ahlulbait as. lainnya bukan karena al Husain as lebih mulia tapi karena bentuk kesyahidan beliau itu tadi.
Rasa iba, sedih dan empati itu lah yang tertanam dalam hati orang-orang Syiah dari masa ke masa.
Dalam peringatan Arbainiyah ini, para peziarah yang datang dari berbagai pelosok dunia dan dalam jumlah jutaan menyatu dan berbaur secara chemistry dengan masyarakat Syiah Irak tanpa sekat dan perbedaan. Mereka semua ingin menunjukkan kecintaan mereka kepada Al Husain as. Dalam perpaduan ini, materi duniawi tak lagi berarti. Para peziarah mengeluarkan uang yang tidak kecil dan masyarakat Irak melayani para peziarah secara cuma-cuma dan tanpa pamrih, bahkan terkesan ” memaksa para peziarah agar menerima layanan mereka”.
Para peziarah dan para pelayan mereka melakukan semua jerih payah demi menyatakan bahwa Al Husain as. kini tidak lagi sendirian. Mereka siap memberikan apapun yang harus diberikan demi Al Husain as.
Ratusan tahun yang lalu jasad Al Husain as. tanpa kepala tergeletak di padang Karbala kini pusara beliau diciumi jutaan manusia.