Wahhabi Mempermainkan Kitab-kitab Hadis
Wahhabi Mempermainkan Kitab-kitab Hadis
I. Merubah Kitab Hadis
- Mencetak Kitab Shahih al Bukhari dalam beberapa juz dengan membuang beberapa hadis tanpa menyinggungnya.
- Syaikh Muhammad Nuri al Daysuri dalam kitab, Rudûd ‘ala Shubuhât al Salafiyyah hal. 249 berkata, Penyimpangan (pengubahan) dan penghapusan hadis-hadis adalah perbuatan dan kebiasaan kelompok Salafi; Nu’man al Alusi telah merubah ( kitab ) tafsir ayahnya, Shaykh al Iraq Shaykh Mahmud al Alusi, Kitab Tafsir Ruh al Bayân). Seandainya Nu’amn al Alusi tidak merubahnya maka (kitab) Tafsir tersebut merupakan kitab tafsir yang unik dan komprhensif.”
- Tindakan perubahan juga terjadi dalam kitab tafsir al Kasshâf karya al Imam al Zamakhsari. Kitab tersebut dicetak ulang oleh Maktaba al Abikan di Riyad dengan banyak perubahan. Kamu bisa melihat hal itu penafsiran ayat, “ Wujûhun yauma idzin nâdhirah, ilâ Rabbihâ nazhirah ” (QS. al Qiyamah: 22-23). Penafsiran Imam Zamakhsahri terhadap ayat ini dihapus secara keseluruhan. Kemudian mereka menggantinya dengan penafsiran yang sesuai dengan mazhab mereka. Dengan demikian, kitab itu adalah kitab Tafsir Wahhabi bukan lagi kitab Tafsir al Zamakhshari.
- Mereka juga (Mazhab Salafi) mencetak kitab al Mughni karya Ibn Qudamah al Hanbali. Mereka menghapus dari kitab tersebut pembahasan tentang al Istighashah.
- Mereka mencetak kitab Sharh Shahih Muslim, dan mereka menghapus dalam kitab tersebut hadis-hadis al Shifat.
- Mereka mencetak Kitab al Adzkâr karya al Imam al Nawawi di Dar al Huda Riyadh di bawah pengawasan Idârah al Buhûts wa al Dakwah wa al Irshâd pada tahun 1409 H. Mereka mengganti perkataan Imam Nawawi dan merubah sebagian dari kitab tersebut, sebagaimana mereka juga membuang sesuatu yang tidak mungkin dirubah yang tidak sesuai dengan hawa nafsu dan ajaran mereka. Hal ini terjadi pada Kitab al Hajj dari kitab al Adzkar dalam pasal “ Segala yang Berkaitan dengan Ziarah Nabi Muhammad saw.”
- Mereka mengobok-obok kitab al Ibânah fi Ushûl al Diyânah karya al Imam Abi al Hasan al Asy’ari. Mereka membuang dari kitab tersebut sesuatu yang tidak sesuai dengan aqidah mereka yang rusak. Antara lain, tentang al Istiwa’; “ Dan sesungguhnya Allah bersemayam (istiwa’) di atas ‘Arsh dengan cara yang Allah swt. firmankan dan dengan makna yang Ia kehendaki, bersemayam yang jauh dari (makna) bersentuhan, menetap, bertempat, menduduki. Ia tidak dipikul oleh Arsy, tapi Arsy dan para pemikulnya dipikul dengan KekuasaanNya, ditaklukan dengan genggamanNya. Ia di atas Arsy dan di atas segala sesuatu hingga akhir benda tertinggi. KetinggianNya tidak menambahkan kedekatanNya pada Arsy dan langit. Ia lah yang mengangkat derajat-derajat Arsy dan derajat-derajat bintang. Dengan semua itu, Ia dekat dengan semua yang ada. Ia lebih dekat dengan manusia daripada urat lehernya, dan Ia Maha Menyaksikan segala sesuatu “. Keterangan ini dibuang semuanya. II. Meringkas kitab-kitab Hadis induk dengan alasan mempermudah masyarakat umum dengan membuang pembahasan-pembahasan yang penting. Hal ini termasuk bentuk dari pengkhianatan ilmiah yang berat.
II. Meringkas kitab-kitab Hadis induk dengan alasan mempermudah masyarakat umum dengan membuang pembahasan-pembahasan yang penting. Hal ini termasuk bentuk dari pengkhianatan ilmiah yang berat
III. Mencetak kitab-kitab dengan membuang syarah (penjelasan) para ulama, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap kitab al Asmâ wa al Shifât karya al Hafihz al Bayhaqi. Dalam salah satu cetakannya, mereka telah membuang dari kitab Furqân al Qur’ân pengantar Allamah al Kawtsari, dan dalam cetakannya yang lain, mereka tidak menyebutkan bahwa komentar-komentar yang ada dalam kitab itu adalah komentarnya al Kawtsari. Kemudian dalam cetakan yang ketiga, mereka membuang semua komentar al Kawtsari.
IV. Mengada-ada kitab-kitab baru untuk mengelabui kitab-kitab ulama yang lain, seperti kitab al Asmâ’ wa al Shifât yang dikaitkan dengan Ibnu Taimiyah. Padahal Ibnu Taimiyah tidak mempunyai kita itu. Kitab itu diada-adakan untuk menyaingi kitab al Asmâ’ wa al Shifât karya Imam al Baihaqi.
V. Memerangi penerbit-penerbit yang netral bila mereka tidak mau menerima sogokan, seperti Dar al Imam al Nawawi di Jordania, sampai mereka menyerah. Karena itu, banyak kitab-kitab yang terbit tanpa menyebutkan nama penerbitnya.
VI. Mencuri kitab-kitab induk dan manuskrip-manuskrip, dan memotong-motongnya, seperti kitab Sayr al Nubala’ karya al Hafidz al Dzahabi. Kitab ini telah dicetak dalam dua puluh tiga juz’, dan juz’ yang terakhir yang mengecam Ibnu Taimiyah tidak dicetak.
VII. Membantu media cetak mereka secara materi, lalu menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka dengan harga yang murah agar menutupi ajaran yang lain.