Perbedaan Antara Syiah dan Salafi-Wahhabi
Perbedaan Antara Syiah dan Salafi-Wahhabi
Oleh: Nuruddin Abu Lihyah
Seorang bertanya kepada saya; “ Mengapa Anda tidak membantah Syiah sebagaimana membantah Salafi ? “.
Pertanyaan yang baik dan yang seringkali orang tanyakan kepada saya. Mereka telah membaca semua bukuku dalam serial “ Agama dan Dusta “ yang berkaitan dengan kebohongan Salafi, dan tidak pernah membahas selainnya. Jawaban atas pertanyaan itu mudah sekali. Siapapun yang telah bebas dari tumpukan kebohongan dan fitnah kelompok Salafi tentang Syiah akan mendapatkan jawaban itu. Untuk mempermudah dalam menjawab pertanyaan itu, saya akan menyebutkan tujuh perbedaan antara Syiah dan Salafi. Melalui tujuh perbedaan ini akan jelas alasan mengapa saya lebih sering membantah Salafi daripada Syiah.
Perbedaan pertama, golongan Syiah tidak menetapkan kemaksuman kecuali untuk dua belas Imam saja ( selain Nabi saw. penerjemah). Dua belas Imam itu adalah orang-orang yang disepakati oleh Ahlu Sunnah dan Syiah sebagai orang-orang yang saleh dan taqwa. Sementara golongan Salafi menetapkan kemaksuman untuk puluhan ribu. Jumlah yang banyak ini tidak boleh dibantah atau dikritik atau dijelaskan kesalahan-kesalahan mereka. Mereka itu adalah para sahabat yang berjumlah puluhan ribu kemudian para tabi’in dan seterusnya hingga imam-imam Salafi pada saat ini. Bahkan sebagian dari golongan Salafi menganggap kritikan terhadap Imam Ahmad bin Hanbal sebagai zandaqah ( atheisme). Ada juga yang menganggap bahwa Ibnu Taymiyah sebagai pemisah antara pengikut Sunnah dengan pengikut bid’ah. Lebih dari itu, orang yang mengkritik Ibnu Taimiyah sebagai penghuni jahannam, sebagaimana telah saya jelaskan dalam buku saya, “ Kalian Semua Kafir “.
Perbedaan kedua, golongan Syiah meskipun meyakini kemaksuman para imam dua belas mereka, namun mereka tetap terbuka sekali dengan kritikan terhadap riwayat yang datang dari para imam mereka. Mereka tidak meyakini kemaksuman riwayat dan kitab-kitab mereka, bahkan mereka tidak mempunyai kitab-kitab shahih yang murni, yang tidak boleh dikritik. Seorang mujtahid dari mereka diperbolehkan menentang riwayat apapun dengan akal dan logika, atau dengan ayat al Qur’an. Menurut mereka, al Qur’an merupakan pusaka berat yang menjadi pemutus segala urusan. Sementara kita dapatkan golongan Salafi mensucikan semua Hadis tanpa melihat para bagaimana integritas perawinya, atau apakah bertentangan dengan akal atau al Qur’an atau fitrah manusia yang lurus. Mereka tidak cukup dengan itu saja, bahkan mereka mensucikan ucapan dan perbuatan para sahabat, para tabi’in dan tabi’I tabi’in hingga salaf. Siapapun yang mengkritik kitab-kitab itu maka dianggap zindiq, sesat dan jahmi.
Perbedaan ketiga, di tengah golongan Syiah tidak ada tokoh-tokoh ( Syekh) Islam atau orang-orang yang disucikan secara berlebihan sepanjang masa. Mereka mewajibkan ijtihad setiap masa, dan mewajibkan orang-orang awam untuk mengikuti seorang mujtahid yang hidup bukan mujtahid yang sudah mati, karena mujtahid yang hidup lebih tahu tentang kenyataan sekarang daripada mujtahid yang sudah mati. Sementara golongan Salafi mengharuskan para pengikutnya, hatta dalam urusan yang kecil, untuk mengikuti ucapan salaf mereka yang telah mati sejak abad-abad pertama Islam.
Perbedaan keempat, golongan Syiah mampu memisahkan antara agama dan sejarah. Sejarah, menurut mereka, adalah prilaku manusia yang tidak berkaitan dengan dengan ajaran agama. Agama tidak menanggung resiko prilaku sejarah yang salah. Sementara golongan Salafi tampil untuk mencari pembenaran-pembenaran terhadap kesalahan prilaku sejarah. Mereka menghancurkan agama dan ajaran-ajarannya yang tinggi demi membela kesalahan-kesalahan prilaku sejarah.
Perbedaan kelima, golongan Syiah menghormati semua mujtahid tetapi mengkritisi warisan ilmiah mereka. Sebagai contoh, Sayyid Kamal Haydari yang dijadikan dalil oleh golongan Salafi untuk menyerang warisan ilmiah Syiah, namun mereka tidak mempertanyakan bagaimana penghormatan kepada mujtahid dan kebebasan berpendapat berada di kalangan Syiah dan negaranya yang besar ?. Sementara golongan Salafi mempersempit ruang gerak setiap perbedaan. Kami telah menyaksikan apa yang mereka lakukan terhadap Syekh Muhammad Ghazzali ( ulama Mesir) karena bukunya yang dia tulis. Dia mengkritik beberapa Hadis dan beberapa tokoh.
Perbedaan keenam, gerakan reformasi agama tidak pernah berhenti di kalangan Syiah sepanjang sejarah mereka. Golongan Salafi sendiri mengetahui bahwa penggerak pembaharuan abad modern adalah Sayyid Jamaluddin al Afghani, salah satu ulama Syiah, dan juga Ustadz Syariati yang telah belajar dari pikiran-pikirannya banyak dari para aktifis gerakan Islam. Sementara golongan Salafi masih berpegangan dengan segala sesuatu dan menganggap pembaharuan sebagai bid’ah dan kesesatan.
Perbedaan ketujuh, sepenjang sejarahnya, golongan Syiah memerhatikan segala macam ilmu rasional. Karena itu, para ilmuwan peradaban Islam, matematika, astronomi, kimia dan lain sebagainya berasal dari mereka. Bahkan Jabir bin Hayyan adalah murid Imam mereka, Ja’far al Shadiq. Sementara golongan Salafi sepanjang sejarah mereka telah berhenti dalam kancah ilmu-ilmu rasional dan bahkan mengkafirkan para tokohnya. Karena itu, mereka masih mempercayai teori-teori Ka’ab al Ahbar, Wahb bin Munabbih dan lainnya tentang astronomi, biologi dan geografi sebagaimana yang kami uraikan dalam buku kami, “ Warisan Ilmiah Salafi Dalam Sorotan “. (https://www.facebook.com/search/top/?q=%D9%86%D9%88%D8%B1%20%D8%A7%D9%84%D8%AF%D9%8A%D9%86%20%D8%A3%D8%A8%D9%88%20%D9%84%D8%AD%D9%8A%D8%A9 )