Mitos Konflik Sunni Dan Syiah

Syiahindonesia.id —Sebelum bercokolnya kolonialisme modern yang dipimpin oleh AS dan bagian negara Eropa (Barat), tidak pernah ada konflik antara Syiah dan Ah lus Sunnah. Di beberapa negara yang di dalamnya Mus lim Syiah berjumlah signifikan, tidak pernah ada kon flik dengan Muslim Ahlus Sunnah, kecuali konflik spo radis di antara kelompok-kelompok kecil dari keduakalangan. Contohnya di Irak, Lebanon, dan Suriah.

Di Irak, masyarakat Irak yang multietnik dan terdiri dari berbagai kelompok, hidup damai sampai kemudian Inggris melakukan invasi pada 1917. Sejak saat itu hingga kini, Irak terus dilanda masalah sebagai akibat dari penjajahan dan intervensi asing. Justru, kon flik ini berkembang ketika AS datang menduduki Irak. Wajar kemudian banyak pihak yang mengatakan konflik ini merupakan rekayasa penjajah untuk memecah perlawanan rakyat Irak.

Bukanlah kebetulan kalau strategi untuk memecah- belah Ahlus Sunnah dan Syiah ini juga merupakan reko mendasi terhadap strategi AS dari RAND Corporation pada laporan yang dipublikasikan tahun 2004

dengan judul, “US Strategy in The Muslim World After 9/11”. Laporan ini secara eksplisit menganjurkan untuk meng eksploitasi perbedaan Ahlus Sunnah dan Syiah demi kepentingan AS di kawasan ini.

Ahlus Sunnah dan Syiah di Irak memiliki rekamjejak yang nyata dalam bersikap bahu-membahu melawan penjajahan Inggris terutama antara tahun 1918- 1919. Sedikitnya, ada tiga gerakan perlawanan seperti ini. Di Najaf terdapat Jam‘iyah an-Nahdhah al-Islamiyah dan Jam‘iyah al-Wathaniyah al-Islamiyah. Di Baghdad koalisi Ahlus Sunnah-Syiah membentuk Haras al-Istiqlal (Garda Kemerdekaan). Sebagai tam bahan, Revolusi Irak yang terjadi pada tahun 1920—yang disebut oleh Inggris sebagai pemberontakan—merupakan perlawanan jihad yang digerakkan oleh Ahlus Sun nah maupun Syiah berdasarkan fatwa Imam Shirazi, ulama besar Karbala.

Muslim Syiah juga menghormati saudara me reka Muslim Ahlus Sunnah, bahkan di negara yang ma yoritas bermazhab Syiah sekalipun, seperti di Iran. Selain berbagai fasilitas umum, seperti sekolah, dan seba gainya, di Teheran saja, terdapat sembilan buah masjid yang dikelola khusus oleh jamaah Ahlus Sunnah (perlu di ingat bahwa jumlah masjid di negeri-negeri Syiah jauh lebih sedikit dibanding di negeri-negeri Ahlus Sun nah).

Berikut daftar nama-nama masjid yang didirikan jamaah Ahlus Sunnah di Teheran:

  1. Masjid Sodiqiyah, Falake 2 Sodiqiyah
  2. Masjid Tehran Fars, Jalan Delavaran
  3. Masjid Syahr Quds, km 20 Jalan Qadim
  4. Masjid Khalij Fars, Bozorkroh Fath
  5. Masjid an-Nabi, Syahrak Donesh
  6. Masjid Haftjub, Jalan Mullarad
  7. Masjid Vahidiyeh, Syahriyar
  8. Masjid Nasim Syahr, Akbarabad
  9. Masjid Reza Abad, Simpang 3, Jalan Syahriyar

 

Di Mesir, Ahlus Sunnah pengikut Mazhab Syafi’i hidup rukun dengan Muslim Syiah. Bahkan, sebagai

contoh, Mufti Mesir Syaikh Ali Jum’ah mengatakan bahwa Sejarah Mesir adalah sejarah damai antara Ahlus Sunnah dan Syiah.

Khusus berkenaan dengan konfl ik di Suriah yang sedang berlangsung saat ini, itu sama sekali bukan konfl ik antara Ahlus Sunnah dan Syiah, melainkan mur ni konfl ik politik.

Terlepas dari keper cayaan mereka kepada tiga Imam Syiah yang pertama, kelompok Alawi sendiri tidak mengikuti fi qih Ja’fari yang diikuti Syiah, melainkan fi qih Hanafi dan Maliki seperti layaknya Ah lus

Sunnah (Meskipun, pada kenyataannya, Alawi pada da sarnya tidak mengenal atau memperkenalkan fiqih karena mereka tidak mewajibkan penganutnya untuk mengamalkan syariat apa pun). Bahkan, kalangan

Syiah sendiri menolak untuk mengakui bahwa sekte Alawi termasuk Syiah.

Kitab Al-Mausu’ah Al ’Alawiyyah—yang merupakan ensiklopedia sejarah Alawi—menyebutkan bahwa, di samping mengakui imamah (kepemimpinan) Imam Ali sampai Imam Husain, mereka juga mengakui khilafah dari Al-Khulafa Ar-Rasyidin.

Nyatanya, Bashar Assad dan ayahnya adalah pemimpin yang secara ideologis beraliran Baath yang se kuler. Maka, menganggap rezim Assad di Suriah ada lah representasi Syiah yang menindas Ahlus Sun nah adalah sama salahnya dengan menganggap rezim Saddam yang sekuler (Baath) di Irak adalah repre sentasi Ahlus Sunnah yang menindas Syiah.[Sumber: Buku Putih Mazhab Syiah]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *