Mahdiisme Sebuah Tuntutan Fitrah

Mahdiisme Sebuah Tuntutan Fitrah

Husein Alkaff.

Salah satu kelebihan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. dan dilanjutkan oleh para Imam Ahlul bait as. adalah bahwa agama ini dalam seluruh ajaran utamanya sesuai dengan fitrah manusia. Hal ini dinyatakan oleh Allah swt. sendiri dalam firmanNya yang berbunyi, “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah, (karena) Dia telah menciptakan manusia atas (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “ (al Ruum 30).

Fitrah adalah sebuah anugerah Tuhan yang diselipkan dalam wujud manusia demi kemajuan dan kesempurnaan diri manusia; karena fitrah, manusia maju dan berkembang dalam ilmu pengetahuan dan dalam mengelola kehidupan dunia seperti sekarang ini; dan karena fitrah, manusia dapat mempertahankan jati dirinya sebagai hamba Tuhan yang benar dan menjadi manusia seutuhnya. Sebaliknya tanpa fitrah, maka manusia berada dalam kebodohan dan akan menjalani kehidupannya laksana binatang, atau ketika tuntutan fitrah itu diabaikan, maka manusia menjadi makhluk yang durhaka kepada Tuhan dan menjadi manusia yang serakah dan kejam hingga lebih buruk dari binatang bahkan dari setan. Sekaitan dengan itu, Allah swt. berfirman, “Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah “.( al A’raaf 179)

Dengan demikian, fitrah menjadi sesuatu yang menentukan mulia dan rendahnya manusia; maju dan mundurnya manusia. Para ulama Ahlul bait, seperti Imam Khumaini, Muthahhari dan Mizbah Yazdi, telah banyak menjelaskan secara rinci tentang hakikat fitrah. Inti dari penjelasan mereka adalah  bahwa fitrah merupakan sebuah kecenderungan manusia pada kebaikan, keindahan, kesetiaan, kepatuhan dan kesempurnaan diri serta keyakinan terhadap Adi Kuasa.

Fitrah dengan segala rinciannya merupakan modal awal bagi manusia untuk menjadi khalifah Allah swt. di muka bumi ini, dan juga sebagai pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya. Seorang manusia akan benar-benar menjadi khalifah Allah swt. saat dia mampu mengaktualisasikan fitrahnya secara sempurna, dan  manusia semacam itu adalah para nabi dan para washi nabi.

Kemudian salah satu bagian dari fitrah manusia adalah keinginan dan harapannya akan kemenangan bagi orang-orang yang benar dan baik. Keingingan dan harapan itu seringkali diejawantahkan dalam sebuah cerita mitologis atau film fiktif yang menceritakan seorang pahlawan ( hero) yang baik dan pembela kebenaran serta penumpas orang-orang jahat, bahkan hero itu sering disimbulkan sebagai orang yang kuat seperti Superman dan lainnya. Lebih dari itu, hampir semua film diawali dengan kekalahan demi kekalahan yang dialami oleh hero yang benar dan baik. Namun pada akhir cerita, sang hero itu menang dan film pun happy ending.

Cerita dalam film-film itu menunjukkan bahwa manusia menghendaki kebaikan dan kebenaran itu menang, dan menghendaki kajahatan dan keburukan itu kalah dan musnah, dan itu merupakan bagian dari fitrah manusia. Kemudian sekedar menguatkan adanya fitrah itu, kalau kita putar kembali pita sejarah umat manusia dari sejak dua putra Adam; Habil dan Qabil hingga saat ini dan masa yang akan darang, maka kita mendapatkan betapa banyak orang-orang baik dan benar selalu terpinggirkan, dan tidak sedikit dari mereka terzalimi. Mulai dari para nabi, para imam hingga para pejuang kemanusiaan, keadilan dan kemerdakaan. Mereka  mengalami penindasan dari para musuh kemanusian dan keadilan.  Meskipun mereka kalah secara materi dan fisik, namun ruhiyah (spirit) mereka tetap hidup dan bergelora. Terbukti bahwa pada setiap masa dan tempat selalu muncul para pejuang kebenaran dan keadilan, meskipun dalam jumlah yang kecil dan sedikit.

Harapan akan kemenangan bagi kebenaran dan kebaikan merupakan bagian dari fitrah umat manusia. Islam sebagai agama yang sejalan dengan fitrah menegaskan dalam beberapa teksnya tentang kemenangan begi kebenaran dan kebaikan pada akhir zaman sebelum dunia ini hancur. Misalnya, ayat yang berbunyi,

“ Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh “ (al Anbiya’ 105)

Dan ayat,

Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi, dan hendak menjadikan mereka sebagai pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi) “ ( al Qashash 5)

Dua ayat ini ingin menjelaskan bahwa bumi ini pada akhirnya akan diwariskan (diserahkan) kepada orang-orang yang saleh, yang mana mereka sebelumnya selalu dalam ketertindasan dan kezhaliman. Dengan demikian, sejarah kehidupan manusia akan berakhir dengan kemenangan bagi kebenaran dan kebaikan, dan umat manusia akan dipimpin oleh orang-orang yang benar dan baik. Sesungguhnya umat manusia, sejak manusia pertama hingga manusia yang paling akhir, satu kesatuan yang saling berhubungan dan bersambung. Para pemain dan pengisi bumi silih berganti, dan pada akhir dari perjalanan umat manusia ini diakhiri dengan kekuasaan orang-orang yang benar dan baik.Pita film kehidupan mereka yang nyata akan berakhir dengan menyenangkan mereka ( happy ending).

Beranjak dari adanya harapan untuk kemenangan bagi kebenaran dan kebaikan tersebut, maka mahdiisme (mahdawiyah ) atau mesianisme menjadi keyakinan banyak kalangan; Umat Islam, Umat Yahudi, Umat Kristiani dan umat-umat lainnya yang nota bene tidak termasuk agama samawi, seperti masyarakat Nusantara yang meyakini akan datangnya ratu adil atau satrio piningit.

Adapun masalah siapa dia dan bagaimana kemunculannya ? atau apakah mahdiisme itu person atau kelompok atau sebuah sistem?, maka pembahasan tentang rincian itu merupakan pembahasan teknis yang menimbulkan pro-kontra. Terlepas dari rincian itu, mahdiisme merupakan terjemahan dari fitrah manusia yang tidak lekang dimakan zaman, yaitu fitrah dalam bentuk harapan akan adanya kemenangan bagi kebenaran dan kebaikan di muka bumi ini.

Secara khusus, kalangan para pengikut Ahlul bait as. meyakini bahwa mahdiisme adalah seorang person yang telah ditentukan oleh Nabi Muhammad saw., yaitu Imam Muhammad al Mahdi, dan beiau adalah keturunan Nabi saw., yang jelas nasab dan nama-nama leluhurnya hingga Nabi saw. Beliau akan muncul pada akhir zaman. Saat muncul nanti, beliau akan memimpin umat manusia seantero dunia dengan adil dan benar. Kemunculannya merupakan perwujudaan dari impian para nabi dan imam serta harapan manusia-manusia yang merindukan keadilan dan kebenaran.

Kemunculannya dekat bagi yang menantinya, pepatah Arab mengatakan, “ Sesungguhnya hari esok, bagi yang menantinya, dekat “ ( Inna ghadan la nazhiriihi qariib )

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *