Israiliyyat
Israiliyyat (1)
Sebuah Telaah Komprehensif
Oleh : Idrus alhabsyi
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ و البَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (الإسراء 36)
Ayat di atas mengarahkan pada masalah yang rasional yaitu, tidak boleh seorang menghukumi sebuah perkara dengan menafikan atau menetapkan kecuali berdasarkan dalil dan bukti. Demikian pula tidak boleh bagi kita mengamalkan hadis kecuali hadis tersebut shohih berdasarkan dalil. Dan sebaliknya tidak boleh bagi kita menghukumi hadis itu bohong atau maudhu kecuali berdasarkan dalil yang jelas atas kebohongannya. Di sini kami akan bicarakan tentang riwayat Israilayat yang terwarisi di riwayat-riwayat Imamah.
Dilihat dari tiga sisi :
- Apa arti Israiliyat ? Dan apa saja bagian-bagiannya ? Apa sebab hingga menjadi terwarisi dikalangan Imamiyah ?
Ada sebuah kitab yang berjudul “Alisrailiyat fi tafsir” penulis Abdullah Alhaj. Dia berusaha menggali di masalah riwayat-riwayat israiliyat yang tersebar di dunia Islam secara umum, bukan hanya yang tersebar di kalangan Imamiyah saja.
Definisi Israiliyat
Kalimat Israiliyat berasal dari kata Ibrani yang memiliki arti kemenangan. Israil menang, ini adalah lagob Nabi Yakub bin Ishaq bin Ibrahim as ayah dari Nabi Yusuf as. Dilagobi dengan Israil dan dinamakan dengan Yahudi bani Israil, sebab nasab mereka bersambung kepadanya(Yakub as), baik secara nasab, agama dan suku.
Adapun Israilyat menurut istilah hadis dalam ilmu hadis ialah :riwayat-riwayat penuh cerita yang kembali asal usulnya kepada perawi Yahudi. Setiap kisah yang asal perawinya dari Yahudi dinamakan dengan Israiliyat. Kajian ini diperluas oleh sebagian ulama seperti, Muhammad Husein Azzahabi dalam kitabnya “alisrailiyat fi tafsir wal hadis”. Pemahaman ini pun menjadi luas sehingga dikatakan setiap hadis yang maudhu atau tidak jelas disebut hadist israiliyat, meskipun sumbernya bukan dari Yahudi. Kami disini berusaha untuk mengkaji dua istilah yang beredar saat ini.
Apa saja bagian-bagian riwayat Israiliyat ? Apakah seluruh riwayat Israiliyat ditolak atau bisa diambil sebagiannya ?
Riwayat-riwayat Israiliyat terbagi menjadi tiga bagian :
Bagian Pertama :
Sesuai dengan Alquran Alkarim atau sesuai dengan Sunah Nabi saw Alqot’i. Apabila kita mendapati riwayat dan perawinya Yahudi, tetapi kandungannya sesuai dengan Alquran atau sesuai dengan riwayat-riwayat dari Nabi saw, maka boleh kita ambil meskipun riwayat Israiliyat dengan sarat kandungannya sesuai dengan keduanya.
Seperti yang dinukil dari ibn Jarir Atthobari, di kitab Tafsir Ibn Katsir Juz 1 hal 253. Dinukil dari ibn Jarir dari Abdullah bin Umar. Abdullah bin Umar bin Ash seorang perawi riwayat-riwayat Israiliyat. Ia selalu meriwayatkan nya, sebab ia pernah pergi ke Syam untuk berdagang dan di sana ia mendapatkan kitab-kitab Yahudi dan Nashoro. Dan dibawa kedua kitab itu ke Madinah dari situ ia pun menukil riwayat keduanya. Pada akhirnya ia dikatakan sebagai perawi riwayat-riwayat Israiliyat.
Ia berkata :beritahukan padaku bagaimana sifat Rasul saw di kitab Taurat, ia berkata :ya, ia mensifatinya seperti yang tertera di Taurat. Yaitu, Nabi Muhammad saw disifati di kitab Taurat dengan sifat :wahai Nabi !!sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa kabar gembira dan ancaman serta penjaga bagi orang-orang yang buta huruf, kamu adalah hamba Ku, rasul Ku, namamu Mutawakil، lemah lembut dan tidak kasar.
Riwayat ini sumbernya shohih berasal dari Yahudi dan tertera di kitab Taurat. Dan riwayat itu juga sesuai dengan Alquran, sebagai firman Allah SWT berikut ini :
“sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa kabar gembira dan ancaman dan mengajak ke jalan Allah dengan izin Nya dan sebagai lentera penerang”
Ayat lainnya :”Mereka yang mengikuti Rasul saw Nabi yang buta huruf yang mereka mendapatkan namanya tertulis di sisi mereka di Kitab Taurat dan Injil”.
Riwayat diatas adalah Israiliyat, tetapi shohih.
Bagian Kedua :riwayat israiliyat yang betentangan dengan kaidah-kaidah akal atau agama, maka tertolak. Seperti riwayat yang tercatat di kitab Taurat menceritakan dua anak perempuan Nabi Lut as.
“Anak perempuan yang besar berkata pada adik perempuannya, bahwa ayah kita telah tua renta dan di sini sudah tidak ada lagi laki-laki yang akan kawin dengan kita. Mari kita beri minum khomer ayah kita dan kita menggaulinya, maka kita akan mendapat keturunan darinya. Keduanya pun meminumkan ayahnya khomer dan si kakaknya pun menggauli ayahnya. Keesokan harinya si kakak berkata pada adiknya, aku telah menggauli ayah kita, malam ini kamu berilah minum khomer dan tidurlah bersamanya, maka kita akan mendapatkan keturunan darinya. Lalu keduanya pun memberikan minum khomer kepada ayahnya. Dan di malam itu si adiknya pun tidur bersama ayahnya pula. Ayahnya (Nabi luth as) tidak mengetahui perbuatan kedua anaknya. Waktu berjalan, kedua kakak adik itupun hamil hasil anak dari ayahnya sendiri (Nabi Luth as). Si kakak melahirkan anak yang diberi nama Mauab dan si adik melahirkan dan diberikan nama Banu amu.
Jelas sekali riwayat ini tertolak kenapa !! Sebab dinisbatkan kepada Nabi as dan ini tidak mungkin terjadi pada laki-laki biasa apalagi kepada seorang Nabi yang terpelihara dari dosa dan diutus oleh Allah SWT.
Ketiga :riwayat-riwayat israiliyat yang menjadi obyek kajian dan tercatat di riwayat kita seperti, Hawa istri Nabi Adam as diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam as. Riwayat ini meskipun israiliyat, ketika ditolak atau diterima harus disertai dengan bukti-bukti. Meskipun sekedar riwayat israiliyat tidak bisa ditolak dan dibuang begitu saja.
Apakah tercatat juga dari Nabi saw !! Ini riwayat diriwayatkan oleh Yahudi, tetapi apakah para Nabi as dan para Imam as meriwayatkan juga atau tidak ? Jika diriwayatkan dari keduanya pula, ketika kita tolak harus disertai dalil-dalil.
Langkah pertama :dengan menetapkan sumber.
Kita bahas, apakah sanadnya benar sampai ke Nabi saw atau Imam as atau tidak !! Atau dengan memaparkan bukti-bukti kebenaran sanadnya.
Apakah sanadnya muncul sebab taqiyah atau benar asal hukumnya ?!?
Langkah kedua dan diikuti langkah ketiga, mengamati kandungannya. Sayyed Alkhu’i mengatakan disela-sela malam Asyura, lima dasar untuk mengamati kandungannya. Bahwa untuk memahami kandungan riwayat harus didasari lima pondasi kuat.
Apakah itu bertentangan dengan akal ?
Apakah itu bertentangan dengan Alquran ?
Apakah itu bertentangan dengan akidah yang benar ?
Apakah itu bertentangan dengan ilmiah ?
Apakah itu bertentangan dengan hukum syar’i ?
Apabila riwayat itu bersih dari kelima di atas, maka riwayat itu bersih atau shohih.
Jika demikian tidak ada masalah bagi kita, israiliyat yang terdiri dari bagian-bagian. Bagian yang bertentangan dengan Alquran, yang bertentangan akal, yang bertentangan dengan akidah, yang bertentangan dengan hukum kesepakatan/yang sah, maka kita tolak seperti riwayat-riwayat yang lain. Riwayat israiliyat tidak ada keistemewaan. Setiap riwayat yang diriwayatkan dari Nabi as atau Imam as, baik israiliyat ataupun bukan, sama sekali tidak memiliki keistemewaan.
Setiap yang diriwayatkan dari Nabi saw atau Imam as harus dicari dari sisi sumber, sanad dan kandungannya. Jika telah ditelili ketiganya, maka selesai sarat-sarat dan bisa diamalkan.