Arbain, Pembaruan Baiat kepada Imam Husein as
Syiahindonesia.id – Ketika kilatan pedang menebas leher syahid terakhir manusia sempurna, Imam Husein as, dan pada saat yang sama tenda-tenda keluarga beliau dilalap api, musuh menganggap segalanya telah selesai. Mereka mulai mengadakan perayaan dan bergembira. Musuh yang mengiringi tawanan Ahli Bait Imam Husein as sepanjang jalan mengejek dan mencai mereka hingga kota Syam. Pada waktu itu tidak seorangpun yang menyangka bahwa hanya dalam jangka waktu 40 hari dari peristiwa itu, hakikat justru terungkap dan terlihat lebih jelas dari sebelumnya. Pada hari ke-20 bulan Shafar atau Arbain Imam Husin as, kesulitan yang dihadapi para tawanan berakhir. Pada hari itu mereka menginjakkan kaki untuk yang kedua kalinya di Karbala.
Sayidah Zainab al-Kubra as, Imam Sajjad as dan seluruh tawanan dalam pidato mereka, khususnya di majlis Yazid mengingatkan bahwa kemenangan yang ada ini hanya sementara dan bersifat lahiriah. Sayidah Zainab as dengan pidatonya yang mencerahkan mengungkap kejahatan dan kebobrokan musuh. Beliau berkata, “Hai Yazid! Kau pikir dengan menutup jalan darat dan udara untuk kami dan dengan mengelilingikan kami ke sana ke mari bak tawanan, di hadapan Allah kami terhina dan kau terhormat?”
Sayidah Zainab as melanjutkan ucapannya, “Hai anak orang yang dibebaskan oleh Nabi Saw. Bila kesulitan menimpaku dan saya terpaksa berbicara kepadamu, tetap saja saya menilaimu sebagai pribadi yang hina. Tapi mata telah bercucuran air mata dan hati terbakar. Setiap kali engkau melakukan kelicikan dan setiap usaha yang engkau dapat lakukan maka lakukanlah! Demi Allah! Engkau tidak akan mampu menghapus ingatan terhadap kami di hati manusia. Wahyu yang diturunkan kepada kami tidak dapat musnah. Engkau tidak akan sampai pada keagungan kami. Engkau tidak akan pernah bisa menghapus noktah hitam dari dirimu….”
Sekalipun peristiwa Karbala dengan sendirinya mampu menciptakan reaksi masyarakat menentang keturunan Bani Umayah dan mengarahkan emosi dan perasaan suci manusia kepada Imam Husein as, tapi ada bahaya besar di masa itu yang mengancam kebangkitan Imam Husein as. Bahaya itu adalah kemungkinan menyimpangkan kebangkitan itu lewat propaganda. Dengan kata lain, bila peristiwa Karbala hanya berakhir dengan syahadah Imam Husein as, nantinya Bani Umayah akan mempropagandakan bahwa Yazid adalah pemenangnya. Pada waktu itu kesempatan untuk mengetahui cita-cita dari kebangkitan besar Imam Husin as menjadi sirna.
Tapi Imam Sajjad as dan Sayidah Zainab as, anak dan saudari Imam Husein as dengan kepekaan dan pandangan yang jauh memutuskan untuk melanjutkan pesan kebangkitan Imam Husein as dengan daya tariknya kepada semua manusia. Mereka melakukan tugasnya bersamaan ketika ditawan. Dalam perjalanan ini mereka menjelaskan kebenaran pergerakan Imam Husein as, sekaligus mengungkapkan substansi kebobrokan Bani Umayah. Mereka menebar semangat kesadaran di tengah masyarakat. Kesadaran ini memantik kebangkitan dan perlawanan terhadap Yazid.
Arbain pada hakikatnya menjadi musim semi dan matannya logika Imam Husein as berdasarkan kehidupan penuh kemuliaan. Dalam jangka waktu 40 hari pencerahan Sayidah Zainab al-Kubra as dan Imam Sajjad as selama ditawan mampu membalikkan keadaan. Yazid yang awalnya merasa menjadi pemenang dalam peristiwa Karbala ini, terbalik menjadi tertuduh dan yang bertanggung jawab atas tragedi Karbala. Yazid kebingungan dan berusaha mencuci tangan dengan menjadikan Zaid bin Ziyad sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas peristiwa itu.
Syeikh Mufid, ulama besar abad ke-4 dalam bukunya al-Irsyad menulis, “Yazid memerintahkan agar keluarga Imam Husein as dikirim ke Madinah. Sebelum itu ia memanggil Imam Sajjad dan berkata, “Semoga Allah melaknat Ibnu Ziyad. Ketahuilah! Bila saya menemui ayahmu, maka saya pasti akan memenuhi segala permintaannya. Saya pasti akan mencegah kematiannya dengan segala kekuatanku. Tapi Allah telah menetapkan demikian. Bila engkau tiba di Madinah, tulis surat kepadaku! Apa yang engkau inginkan sebutkan dalam surat itu agar aku melaksanakannya.” Tapi semua tahu bahwa perintah mengambil baiat dari Imam Husein as dikeluarkan oleh Yazid. Ia yang meminta kepada Ibnu Ziyad agar membunuh Imam Husein as bila beliau menolak berbaiat.
Empat puluh hari telah lewat sejak peristiwa Karbala dan kebangkitan Imam Husein as. Ketika telah ditetapkan untuk mengembalikan keluarga Imam Husein as ke Madinah dengan penuh penghormatan, mereka meminta agar terlebih dahulu pergi ke Karbala untuk menguburkan kepala-kepala yang telah terpisah dari badan. Imam Sajjad as dan Sayidah Zainab as memimpin rombongan ke Karbla. Mereka berjalan dengan perlahan dan penuh perasaan. Karena mengulang kembali peristiwa Karbala sangat menyakitkan hati mereka.
Berdasarkan riwayat, pada hari Arbain itu, Jabir bin Abdullah al-Anshari, seorang sahabat Nabi Muhammad Saw tiba di Karbala dan menjadi orang pertama yang menziarahi Imam Husein as. Ketika tiba di tempat itu, ia mengucapkan takbir (Allahu Akbar) sebanyak tiga kali dan setelah itu pingsan. Ketika sadar, dengan penuh cinta Jabir melakukan ziarah kepada Imam Husein as.
Imam Husein as adalah teladan para pembaharu dunia. Beliau memulai gerakan pembaharuan di tengah umat kakeknya, Rasulullah Saw guna mencegah fasadnya masyarakat Islam. Dengan menghidupkan kembali kepekaan dan kesadaran pada umat Islam, Imam Husein as berhasil mengungkap fitnah, sekaligus menunjukkan kepada manusia jalan yang lurus. Beliau menjadi parameter untuk membedakan hak dan batil.
Ketika Imam Husein as melihat masyarakat yang lebih mencintai dunia dan mulai cenderung melakukan kezaliman dan fasad, tidak punya kemampuan memilih dan memilah kebenaran, beliau bangkit untuk mengingatkan mereka. Begitu parahnya penyakit yang menghinggapi masyarakat Islam, sehingga jiwa beliau sendiri menjadi tebusannya. Oleh karenanya, kebangkitan beliau bukan hanya satu peristiwa khusus dalam sejarah, tapi sebuah laporan sejarah yang perlu dikaji secara serius.
Darah Imam Husein as mengalir di setiap sejarah umat manusia. Darah ini menyeru manusia untuk senantiasa melakukan perubahan atas penyimpangan, kezaliman dan menerapkan keadilan. Semangat ini mengalir dalam pergerakan Imam Husein as sejak awal hingga syahadah beliau. Ketika beliau mencapai syahadah, sebagian orang tersadar dan menyesali mengapa mereka tidak bersama Imam Husein as di Karbala. Mengapa mereka tidak menolong pribadi yang disebut oleh Rasulullah Saw sebagai penghulu pemuda syurga. Padahal, ada jaringan berusaha membuat mereka lalai. Tapi darah Imam Husein as dan pencerahan yang dilakukan oleh keluarga beliau begitu kuat mempengaruhi masyarakat, sehingga mereka bangkit melawan Bani Umayah.
Di sisi lain, pengikut Imam Husein as dengan memanfaatkan jalan dan metode yang dilakukan oleh Imam Husein as, mengambil langkah-langkah yang sesuai dengan tujuan beliau. Mereka lebih memilih kemuliaan ketimbang kehinaan. Dapat dikatakan bahwa memperingati kebangkitan Imam Husein as di bulan Muharam dan Shafar berarti menghidupkan kembali cita-cita Imam Husein as. Itulah mengapa Imam Husein as menjadi pelita hidayah dan kapal penyelamat manusia sepanjang sejarah. [Abqari/Alhassanain.org]