Ajaran Syiah: Dua Pendekatan Fiqih

Syiahindonesia.id – Islam mazhab Syiah (Imamiyyah) dalam bidang fiqih ada dua pendekatan: akhbari dan ushuli. Akhbari adalah pendekatan tekstualis dan skripturalis yang mirip pendekatan Ahlul Hadis yang menolak prinsip-prinsip rasional dalam penyimpulan hukum-hukum agama (istinbathul hukm). Ushuli adalah pendekatan yang menerima prinsip-prinsip rasional dalam memfahami teks Al-Quran dan Sunnah, serta menyimpulkan hukum-hukum dari kedua sumber tersebut. Namun, jumhur ulama Syiah zaman ini mengikuti pendekatan ushuli.

Ulama Syiah meyakini bahwa Sunnah Nabi (Saw) merupakan sumber hukum syari. Untuk menemukan Sunnah Mu’tabarah, ulama Syiah menulis ilmu dirayah yang sangat ketat sebagai metode menilai hadis yang akan dijadikan sumber  ijtihad.

Dalam hal ini, Mazhab Syiah dikategorikan sebagai mengikuti metode mukhaththiah demi mempersempit kemungkinan adanya dua pendapat yang sama-sama benar, sementara mazhab lain dikategorikan mengikuti metode mushawwibah yang menerima kemungkinan adanya dua pendapat yang sama-sama benar.

Adapun kitab standar hadis Syiah adalah sebagai berikut:   1). Al-Kâfi    karya Al-Kulaini (w. 328 H) yang menghimpun 16.099 hadis;  2). Man la yahdhuruhul-Faqih karya Syaikh Sadhuq Ibn Babwayh (w. 381 H) menghimpun 9.044 hadis;   3).  At-Tahdzib karya Syaikh Thusi (w . 461 H) menghimpun 13.095 hadis; dan 4). Al-Ibtibshar karya Syaikh Thusi yang berisi 5.511 hadis. Keempat kitab hadis inilah yang diakui sebagai rujukan standar di kalangan Ulama Syiah.

Contoh dari karya-karya ulama Syiah dalam ilmu dirayah sebagai berikut: 1. Kitab al-Rijal karya Syaikh Al-Najasyi (w. 450 H); 2. Kitab Al-Rijal karya Syaikh Thusi; 3.  Ma’alimul-Ulama karya Syaikh Ibnu Syahr Asyub (w. 588 H); 4. Mu’jam ‘Ilmul Rijal karya Sayyid Al-Khui; 5.  Al-Bidayah Fi ‘Ilm Ad-Dirayah karya

Syaikh Zainuddin ibn Ali Al-Amili (w. 966 H); 6.  Al-Wajizah karya Syaikh Bahai (w. 1032 H); 7. Miqyasul-Hidayah karya Syaikh Abdullah Al-Mamaqani, dan sebagainya.

Namun, jumhur ulama Syiah seperti Al-Kulaini, Syaikh Al-Mufid, Syaikh Al-Shaduq, Syaikh Thusi, Ibnu Thawus, Allamah Al-Hilli, dan sebagainya tidak meyakini semua hadis yang ada dalam keempat kitab tersebut sebagai sahih. Oleh sebab itu, tidak ada penyebutan kumpulan hadis sahih. Maka itu, beberapa hadis dalam keempat kitab tersebut tidak begitu saja dapat dijadikan sebagai rujukan mengenali ajaran Syiah.

Contoh Rijal Al-Kafi yang dinyatakan lemah dan tertolak riwayatnya: 1. Muhammad ibn Musa Al-Hamadani yang dilemahkan oleh Syaikh Muhammad ibn Hasan, guru dari Syaikh Shaduq; 2. Ahmad ibn Abi Zahir Abu Ja’far Al-Asy’ari; 3. Ahmad ibn Mihran; 4. Yunus ibn Dzabyan; 5. Ali ibn Hassan; 6. Ali ibn Asbath dikenal dengan Abul Hasan Al-Muqri; dan 7. Abdurrahman ibn Kastir.

Di atas semuanya itu, ulama Syiah sepakat bahwa semua riwayat yang bertentangan dengan Al-Quran dan akal sehat harus ditolak. Dalam pendekatan ushuli ada tiga kategori Muslim: mujtahid, muhtath, dan muqallid. Mujtahid adalah seorang ulama yang mampu menyimpulkan hukum-hukum agama dari teks Al-Quran dan Sunnah.

Seluruh muqallid harus mengikuti hasil-hasil istinbath dan fatwa-fatwa para mujtahid dalam menerapkan hukum-hukum ibadah dan muamalah, dan tidak dibenarkan menyimpulkan hukum sendiri dengan merujuk secara langsung kepada Al-Quran dan Sunnah. Muhtath  adalah orang yang berhak untuk menyimpulkan hukum-hukum agama hanya untuk dirinya sendiri, dengan cara memilih yang paling mencakup dan sesuai dengan prinsip ihtiyath (kehati-hatian).

[Sumber: Buku Putih Mazhab Syiah]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *