Pembodohan Religius

Pembodohan Religius

Oleh : dr. Fathimah binti Salim al Khirriji (Ummu Shuhaib)

“Umrah di bulan Ramadhan menyamai ibadah haji bersamaku “(Hadis)

Kita perlu memahami agama sebelum menjalankannya. Apakah hadis di atas cukup untuk mendorong umat Islam dari pelbagai belahan dunia Islam untuk menunaikan umrah di bulan Ramadhan?

Kota Mekkah hari-hari ini sesak oleh orang-orang yang sedang umrah seakan-akan mereka baru pertama kali menemukan Ka’bah, atau seakan-akan mereka baru pertama kali mengetahui keberadaan Baitul Haram. Apakah kenyataan ini merupakan salah satu gambaran pembodohan agama yang pernah dikatakan oleh Dr. Syariati dalam bukunya, Kecerdasan dan Pembodohan ?

Adalah sebuah pembodohan ketika harga sewa kamar di sebuh hotel samping Masjid al Haram dengan harga untuk satu malam sama dengan harga puluhan malam pada sepuluh malam pertama bulan Ramadhan. Bahkan harga satu kamar naik hingga tujuh puluh ribu Riyal untuk satu malam  pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Bukankah sebuah pembodohan ketika seseorang membayar seribu Riyal untuk memesan tempat di barisan pertama di Masjid al Haram untuk solat Tarawih ?

Tahukah anda apa yang dikatakan Dr. Syariati tentang pembodohan dalam bukunya?. Dia berkata, “ Pembodohan tidak selalu mengajak anda pada keburukan dan penyimpangan, tapi terkadang sebaliknya, pembodohan mengajak anda pada kebaikan-kebaikan agar anda berpaling dari kenyataan yang membahayakanmu sehingga anda tidak memikirkan bahaya itu, (jika anda memikirkannya) maka anda dan manusia sadar”.

Tidak selalu orang yang membodohkanmu itu mengajakmu untuk melakukan keburukan dan kejahatan. Cukup baginya, anda meninggalkan perbuatan-perbuatan prioritas. Dengan meninggalkan prioritas itu maka kebaikan menjadi keburukan. Sebagaimana dikatakan oleh Syekh Muhammad Ghazali, “  Tidak mengatur kebaikan-kebaikan termasuk keburukan “.

Betapa seringnya kita mengucapkan kalimat tawhid dan membacanya puluhan kali dalam satu hari sehingga seakan-akan keadilan yang hilang dari kita dan di antara kita bukan bagian dari ajaran agama kita ?

Bukankah Nabi yang menyatakan keutamaan umrah di bulan Ramadhan itu sendiri bersabda, “ Kebersihan bagian dari iman “, tapi mengapa kita merasa puas dengan kotoran yang berserakan di gang-gang dan kota-kota kita ?

Apakah kepercayaan kita tentang kebersihan sebesar kepercayaan kita tentang umrah? Bukankah Nabi saw. bersabda, “ Aku dan penanggung anak yatim seperti dua ini di Surga nanti “, sambil beliau mengangkat jari telunjuk dan jari tengah ?

Apakah bersama Nabi saw. saat umrah lebih penting daripada bersama beliau di Surga ?

Bukankah sebuah kebodohan ketika Eropa menerima dan menanggung lima ribu anak yatim lalu mereka memeluk agama Kristen, sementara kita membayar sepuluh ribu Dolar untuk membayar sebuah kamar yang mengintip Mesjid al Haram, seakan-akan Allah telah memindahkan ArsyNya ke dalam Mesjid al Haram agar orang yang umrah senang melihatnya melalui jendela kamarnya ?

Bukankah Rasulullah saw. bersabda, “ Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang haji dan umrah ?

Apakah kita memiliki semangat bekerjasama di antara kita sebesar semangat menunaikan umrah di bulan Ramadhan ?

Bukankah sebuah pembodohan ketika kita menduga bahwa kita dapat mengelabui Allah dengan umrah di bulan Ramadhan agar masuk ke surgaNya, padahal kita mempunyai akhlak yang buruk seakan-akan Nabi saw. tidak pernah mengatakan, “ Kami diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan-kemuliaan akhlak “.

Apakah ini sebuah kecerdasan atau pembodohan agama ketika kita menghadap Allah dengan keberagamaan religisu tanpa keberagamaan sosialis ?

Bukankah itu bentuk pemahaman agama yang palsu, yang karenanya setan menari dan berdendang dengan gembira ? Boleh jadi setan akan terus mendorong kita untuk melakukan ibadah-ibadah formalitas sehingga dia merasa tenang dengan tidur kita sampai kita mati.

Katakanlah, Maukah Kami beritahu kepada kalian tentang orang-orang yang paling rugi amalnya ? ( Mereka) adalah orang-orang yang usaha mereka sesat dalam kehidupan dunia sementara mereka menduga bahwa mereka telah melalukan kebaikan “.(QS: al Kahfi 103)

Adalah sebuah pembodohan ketika seorang berpuasa beberapa jam lalu berbuka dengan makanan senilai lima ratus Riyal. Berpuasa beberapa jam tetapi berbuka dengan hidangan yang cukup untuk beberapa hari.

Berlawanan dengan kenyataan itu, kita mendapatkan Perdana Menteri Kanada ( seorang kafir !) berpuasa di bulan Ramadhan untuk kedua kalinya dan ikut serta membantu rakyatnya yang beragama Islam. Dia mengumpulkan hartanya dan membagikannya ke yayasan-yayasan sosial.

 

.

 

.

 

 

 

 

 

؟

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *